Konflik Palestina dan Israel ini seperti tiada akhirnya. Ribuan warga sipil di keduabelah pihak telah menjadi korban konflik Palestina Israel ini. Konflik Palestina Israel ini, bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana. Konflik Israel Palestina dimulai ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri.
Konflik Palestina Israel dari Masa Nabi sampai Masa Kini
Konflik Israel Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Konflik Palestina Israel dari Masa Nabi sampai Masa Kini
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.
621
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
..
1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemu****n Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemu****n Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 – Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemukiman di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berturut-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.
Semoga Konflik Palestina Israel ini cepat berakhir
Bocoran berita dari Email:
Selasa, 27 Januari 2009 | 14:25:07
KONFLIK ISRAEL-PALESTINA : PERANG SAMPAI KAPAN?
formatnews - Jakarta, (27/1) : DISKUSI konflik Palestina-Israel yang
diadakan oleh Forbiden (Forum Belajar Independen) pada hari Kamis,
(22/1). Adapun narasumber dari diskusi tersebut adalah Fariz N.
Mehdawi (Duta Besar Palestina untuk Indonesia), M. Guntur Romli
(Pengamat Politik Timur Tengah), Frans Tumiwa (Aktivis SABEEL), dan
Yonky Karman (Dosen Perjanjian Lama Sekolah Tinggi Jakarta &
Pemerhati Sosial). Acara diskusi tersebut berlangsung dari pukul
15.30 hingga pukul 19.30 WIB. Adapun diskusi dipimpin atau di-
moderatori oleh Stephen Suleeman (Dosen Sekolah Tinggi Teologi
Jakarta).
FARIZ N. MEHDAWI (DUTA BESAR PALESTINA UNTUK ISRAEL)
Fariz N. Mehdawi, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, medapatkan
kesempatan sebagai pembicara pertama. Dalam paparannya, Fariz
memetakan Palestina dalam sejarah pada masa lampau, sekarang, dan
bagaimana Palestina pada masa yang akan datang. Mehdawi megharapkan
bahwa ada pula pembicara dari pihak Israel agar pemetaan mengenai
konflik Israel- Palestina dapat seobyektif mungkin, oleh karena para
hadirin dapat mendengar cerita atau
versi dari keduabelah pihak.
Namun demikian, beliau mengatakan bahwa Ia akan mencoba untuk
seobyektif mungkin walaupun dirinya merupakan perwakilan dari
pemerintahan Palestina. Mehdawi memulai pembahasannya pada sejarah
Palestina pada masa lampau. Beliau menuturkan bahwa sebenarnya
konflik Israel-Palestina adalah masalah yang sederhana. Namun, pada
dewasa ini, isu ini berkembang menjadi kompleks oleh karena telah
banyak disisipkan dengan berbagai isu-isu lainnya seperti isu agama.
Pada mulanya dahulu, tahun 1800-1900an, tidak ada batasan antar
wilayah di sana. Semua orang dapat keluar-masuk tanpa memiliki
masalah. Seperti negara Italia, pada waktu itu belum dikenal konsep
negara yang memiliki wilayah yang dikuasai (wilayah teritorial sebuah
negara). Palestina pada waktu itu merupakan bagian dari kesultanan
Turki. Di Palestina telah hadir 3 agama waktu itu (Islam, Yahudi, dan
Kristen), dan di Palestina pada saat itu sudah dikenal istilah bahwa
Palestina merupakan Tanah Tuhan.
Beliau kemudian menjelaskan bahwa di beberapa tempat di Timur Tengah,
Irak, Mesir, Libanon, kita dapat menemui beberapa etnis dan agama
seperti Yahudi, Arab (Muslim), Kristen;sama seperti yang terdapat di
Palestina.
Palestinos berasal dari Yunani. Mereka inilah suku asli Palestina,
dan dari sinilah awal muncul istilah nama Palestina, lanjut Mehdawi.
Terdapat pula penduduk palestina yang disebut Arab dan Arab-Jews.
Mereka ini berbahasa Arab semua. Dengan demikian ada pandangan bahwa
semua yang berbahasa Arab adalah orang Arab. Namun, bila dilihat dari
ras/etnis aslinya dapat berbedabeda, dalam arti tidak hanya orang
Arab, tetapi Yahudi dan etnis lainnya yang terdapat di Timur Tengah
yang memang fasih berbahasa Arab.
Mehdawi melanjutkan bahasannya dengan mengatakan bahwa pada tahun
1850an kita melihat berkembanganya kolonialisme yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa eropa untuk mencari rempah-rempah atau kekayaan yang
ada di Timur tengah. Koloni ini ini beberapa diantaranya adalah
bangsa Portugis, Italian (Romanian), Spaniard/Spanish, dan Inggris.
Dari semua bangsa koloni itu, bangsa Inggris merupakan bangsa yang
paling kuat. Di lain pihak, Kesultanan Turki, telah mengalami
kemunduran. Dengan demikian, daerah kekuasaaannya "hilang" secara
perlahanlahan.
Di Eropa sendiri berkembang pula pandangan anti-semitik. Hal ini
terutama terjadi atau berpusat di daerah Eropa Timur. Israel sendiri
adalah proyek dari kolonialisme. Negara Israel tidak pernah
dicetuskan dari seorang yahudi, tetapi dari orang Inggris. Bahkan
pada awalnya konsep atau usul pembentukan negara Israel yang ingin
dibangun oleh para zionis terletak di Uganda, Argentina, Australia.
Dalam hal ini, Duta Besar Mehdawi ingin memperlihatkan bahwa
Palestina bukan tujuan pertama.
Mereka pernah menjual konsep ini ke Kesultanan Turki (Utsmaniyyah),
tetapi ditolak. Hal ini dikarenakan orang-orang Yahudi pada saat itu
telah memiliki tempat tinggal yang cukup baik di Eropa. Dengan
demikian, pemindahan orang-orang Yahudi ke dalam wilayah Kesultanan
Utsmaniyyah merupakan hal atau tawaran yang tidak masuk akal.
Orang yahudi yang berada di Eropa sendiri tidak setuju seluruhnya
atas tawaran tersebut (perpindahan tempat tinggal). Hal ini
dikarenakan mereka (orang-orang Yahudi) berpandangan bahwa jangan-
jangan konsep ini nantinya akan membuat bangsa yahudi menjadi "kaki-
tangan" bangsa Inggris. Palestina pada saat itu cukup besar, mencakup
wilayah negara Suriah dan Libanon (sekarang ini).
Pada saat itu, Sultan Abdel Hamid II tidak pernah turut campur atas
sistem pemerintahan di Yerusalem, Mekkah dan Medinah. Namun demikian,
Sultan juga menjaga agar daerah-daerah tersebut tidak dicampuri
tangan-tangan asing. Adapun yang berkuasa atau memerintah atau
mengatur adalah masyarakat setempat sendiri. Populasi di Palestina
pada saat itu adalah 400.000 jiwa. Adapun penduduk Muslim mencapai 88
%, Kristen sebanyak 9%, dan Yahudi (Jews-Arab) 3%.
Mehdawi mengatakan bahwa pada saat itu di Palestina terdapat keluarga-
keluarga yang beragama Kristen dan Islam. Konversi (perpindahan
agama) tidak menjadi masalah atau isu besar di sana. Hal ini
dikarenakan kebebasan agama dijalankan dengan baik. Kita harus
mengakui bahwa Kekristenan lahir Palestina dan menyebar sampai keluar
Palestina. Islam sebaliknya bukan berasal dari Palestina, tetapi
datang ke Palestina. "Dengan demikian, maka bila ada agama asli dari
Palestina, maka agama itu adalah Kristen," lanjut Duta Besar Fariz N.
Mehdawi.
Pada dewasa ini, konflik Israel-Palestina sampai sekarang masih belum
jauh dari selesai. Pernah muncul 2 usul ke permukaan dari pihak
Palestina. Pertama, besama-sama hidup dalam satu negara. Kedua, hidup
dalam 2 negara untuk sementara waktu. Akan tetapi, usul yang pertama
ditolak mentah-mentah oleh para zionis. Bagi para zionis, tidak ada
percampuran 2 agama dalam kehidupan masyarakat mereka. Mereka
mengatakan harus murni (Yahudi), lanjut Duta Besar Palestina tersebut.
Dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina guna mencapai
kesepakatan damai, ada 3 hal yang perlu dibicarakan dalam
menyelesaikan masalah ini. Pertama perbatasan. Perbatasan mana yang
hendak digunakan. Bagi Israel selalu menggunakan perbatasan yang ada
sekarang ini, termasuk wilayah territorial yang dikuasai Israel
setelah pasca perang 6 hari. Teritori itulah yang menjadi acuan
perbatasan. Kedua, masalah pengungsi. Israel menolak menerima para
pengungsi Palestina. Penolakan tersebut dikarenakan nantinya akan
terjadi ketidakseimbangan penduduk (Arab dan Yahudi).
Ketiga, masalah ibukota. Yang menjadi usul adalah Yerusalem.
Bagaimana kelanjutan pembahasan pembangiannya masih terus
diperdebatkan. Dalam penutupnya, Duta Besar Fariz N. Mehdawi, "ada
anggapan bahwa Israel adalah tanah Perjanjian." Hal ini non-sense.
Ada pula anggapan bahwa penduduk Palestina harus disingkirkan
seluruhnya. Hal ini tidaklah mungin, oleh karena mereka sendiri pun
telah menetap di sana secara turun temurun (generasi ke generasi).
FRANS TUMIWA (AKTIVIS SABEEL):
Frans Tumiwa dalam pembahasannya ingin memperkenalkan SABEEL. berasal
dari bahasa Arab yang berarti the way, a channel, Spring if Life
Giving Water. Sabeel merupakan wadah bagi perkumpulan warga Kristen
Palestina. Tujuan Sabeel adalah "To Strive to develop a spiritually
based on Justice, peace and Non-Violence, lanjut beliau. Intinya
SABEEL adalah wadah organisasi bagi warga Kristen Palestina guna
menumbuhkan keadilan bagi dalam diri mereka dan lingkungan mereka
tanpa melalui jalan atau cara kekerasan.
SABEEL mencoba untuk menerapan keadilan, perdamaian serta memberikan
informasi yang tepat dan benar. Operasionalnya sendiri didukung oleh
WCC (Dewan Gereja Se-Dunia), dan Vatikan.
"Selain itu juga didukung oleh mayoritas umat Kristen dari segala
denominasi dari fully United Christian group in Palestine," lanjut
Frans Tumiwa.
Konflik yang terjadi di Palestina telah banyak memakan korban, energi
dan waktu. Selama 20 tahun belakangan ini, telah terjadi 13
perjanjian di antara kedua belah pihak, serta telah tercetus 60
traktat atau resolusi PBB, yang 30 diantaranya di veto oleh Amerika.
M. GUNTUR ROMLI (PENGAMAT POLITIK TIMUR TENGAH):
M. Guntur Romli memulai pemaparannya dengan mengatakan bahwa konflik
yang terjadi antara Israel-Palestina adalah masalah tanah, dan agama
disisipkan. Orang Kristen Arab (khususnya Kristen Palestina)
dipandang sebelah mata atau didiskriminasi oleh tiga pihak, yakni
oleh pihak orang Kristen Eropa, orang Israel dan orang Palestina
Islam garis keras. Diskriminasi akan lebih hebat lagi bila pada hari-
hari mendatang, yang menguasai palestina bukan kelompok nasionalis
seperti fatah, tetapi hamas yang ingin menjadikan palestina menjadi
Negara Islam, dan mereka yang minoritas akan mengalami diskriminasi
kembali.
Israel banyak menguasai tanah negara-negara yang ada di sekelilingnya
( perang 6 hari). PLO muncul pada tahun 60an; yang adalah gerakan
yang tidak memakai kekuatan militer dalam berhadapan dengan Israel.
Yang menjadikan konflik ini menjadi rumit adalah perpecahan dalam
diri negara Palestina sendiri. Bila satu pihak ingin berunding, maka
ada pihak lain yang berperang. Berunding, jatuh, berunding kembali
merupakan lingkaran peristiwa yang selalu terjadi dalam proses
perdamaian Israel-Palestina.
Tahun 2006, Hamas mengikuti pemilu dan menang. Namun Presiden tetap
dari Fatah oleh karena pemboikoktan yang dilakukan oleh Pihak Israel,
Amerika dan Eropa yang mengembargo bantuan kepada Palestina. Hamas
kemudian menguasai Jalur Gaza, dengan cara mengkudeta pasukan Fatah.
Tidak sedikit warga Palestina yang menjadi korban dalam perang
saudara di Palestina. Sebelum Pemilu Palestina berlangsung, beberapa
pihak, seperti PBB dan Amerika, secara eksplisit mengeluarkan
pernyataan akan memboikot hasil pemilu Palestina bila Hamas menang.
Presiden Haniya hanya bertahan selama 1 tahun. Palestina terbagi
menjadi 2 pihak (Hamas-Fatah) namun keduanya tidak memiliki akses
atas 2 wilayah palestina, Gaza dan Tepi Barat.
Berakhirnya masa waktu gencatan senjata pada bulan Desember lalu
menjadi dalih bagi Hamas untuk kembali menyerang Israel, dan pihak
Hamas berdalih bahwa Israel tidak mematuhi hasil perundingan untuk
membuka akses Jalur Gaza. Di lain pihak, Israel berdalih bahwa
penyerangan yang dilakukannya merupakan bentuk pertahanan diri atas
serangan roket-roket Hamas. Yang menjadi korban adalah warga sipil
Palestina, yang hingga sekarang telah memakan korban yang tidak
sedikit.
Sikap kita adalah bagaimana mendukung warga Palestina? Pertama adalah
kemerdekaan negara palestina. Kedua adalah adanya proses-proses
perdamaian/perundingan. Sehingga, dukungan yang diberikan bukan
kepada kelompok-kelompok bersenjata. Fatah kalah di pemilu karena ada
perpecahan di antara mereka. Kelompok Hamas lebih dipilih rakyat
karena rakyat Palestina kehilangan kepercayaan atas faksi Fatah.
Kesimpulan M. Guntur Romli :
1. Konflik ini bukan konflik agama, tetapi konflik tanah/politik.
2. Ada perpecahan internal dalam pemerintahan palestina sendiri,
seperti antara Fatah-Hamas (pihak-pihak/faksi-faksi), sehingga sulit
untuk menyatukan visi menuju kemerdekaan Palestina.
3. Memberikan bantuan kepada pihak Palestina yang ingin berdiplomasi,
bukan yang ingin berkonfrontasi.
YONKY KARMAN (DOSEN PERJANJIAN LAMA STT JAKARTA & PENGAMAT SOSIAL):
Yang terjadi di palestina ini adalah konflik mengenai tanah dan
konflik ini disebabkan oleh kaum sekuler politik yang menggunakan
atribut-atribut Yahudi dan agamanya. Setidaknya ada 3 alasan bahwa
klaim religius tidak dibenarkan, yakni:
1. Ada diskontinuitas antara umat Allah dalam Perjanjian Lama dengan
pemerintahan Israel yangg sekuler. Perjanjian antara Allah dengan
umat Israel memang ada, tetapi tidak ada perjanjian antara Allah
dengan umat Israel mengenai wilayah negara Palestina.
2. Janji Tuhan tidak disertai dengan batas-batas definitif. Fokusnya
bukan tanah itu sendiri, tetapi maksudnya adalah seharusnya Israel
menjadi contoh bagi bangsa- bangsa lain, bukan mencaplok batas-batas
wilayah orang lain.
3. Tindakan pencaplokan wilayah atau tanah bertentangan dengan ajaran
Allah. Cara kekerasan tidak diperkenankan dan bertolak belakang
dengan ajaran-Nya. Justru seharusnya dengan kasih dan adil.
Legitimasi Israel atas Palestina adalah kepentingan para Zionis yang
menggunakan jubah agama. Konflik ini menjadi rumit karena antara yang
menjajah dan yang dijajah hidup di tempat yang sama.
Bagaimana kita bersikap dalam berdiri sebagai orang Kristen
Indonesia? Patut diingat bahwa bangsa Indonesia menolak penjajahan
apapun yang terjadi di atas muka bumi seperti yang termaktum dalam
Pembukaan UUD.
KESIMPULAN OLEH STEPHEN SULEEMAN :
Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa konflik ini adalah konflik
politik, bukan konflik agama. Justru saat kita mencampurkan agama ke
dalamnya, memasukkan perjanjian Allah kepada Israel, justru kita
keliru dan memperkeruh situasi atau konflik tersebut. Kita lebih
memperkeruh bila kita beranggapan bahwa Palestina adalah Negara Islam
atau Negara Umat Islam.***
http://www.formatnews.com/?act=view&newsid=13781&cat=54
Konflik Palestina Israel dari Masa Nabi sampai Masa Kini
Posted on Monday, 26 November 2012 by Admin in
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
kulonuwon numpang nimbrung buat admin top infonya trimakasih,sayahanya menambahkan ibrahim punya istri perjanjian [ SARA ]punya anak bernama ISHAK dan HAGAR PUNYA ANAK bernama ismael saya mau tegaskan bahwa ismael tidak ada hubungan biologis atau keturunan dgn suku bangsa ARAB SAUDI sebab ada tersurat di AL-QURAN bahwa ,ismael belajar berbahasa arab dengan orang-orang arab ,sedangkan dalam alkitab ismael bukan lah anak perjanjian hak sepnuhnya otoritas ibrahim memberikan kepada ishak dan jauh sebelum ibrahm ada didunia suku bangsa arab sudah ada dan sudah exsis bayangkan itu,ishak punya anak kembar ESAU dan YAKUB SEMUA ORANG TAU ITU,[ESAU MENJALANI HIDUP DGN KEMAUANYA,SEMENTARA YAKUB HIDUP SELARAS DGN KEHENDAK TUHAN,ESAU MENJADI SUKU BANGSA AUSTRONESIA 8 SUKU BANGSA,YAKUB MEMILIKI 12 ANAK YG MENJADI 12 SUKU BANGSA ISRAEL,MENGENAI YESUS DIA DATANG UNTUK MELURUSKAN CARA IBADAT YG BENAR KPD TUHAN BUKAN UTK BERPOLITIK MAKAR ATAU SUBVERSIB MENGENAI ISRAEL KITA SEMUA MELUPAKAN PERANG ENAM HARI [1968]ISRAEL PERANG MELAWAN MESIR,ARAB SAUDI YORDAN, LEBANON DIMENANGKAN OLEH ISRAEL,MENGENAI URUSAN ORANG LAIN HENDAKNYA KITA JELI JANGAN PERNAH MENGURUSI URUSAN ORANG LAIN KALAU TIDAK MAU DI USIK,SAYA SETUJU DENGAN UUD,45 BAHWA PENJAJAHAN DI MUKA BUMI HARUS DIHAPUSKAN MASALAHNYA BUAT ADMIN danSTEVEN,YONKY,GUNTUR,FRANK APAKAH ANDA SKALIAN PERNAH BERPIKIR BAHWA JAUH SEBELUM INDONESIA MERDEKA NUSANTARA JUGA LUAS YG MENJAJAH/MENAKLUKKAN ADALAH BANGSA JAWA MASALAHNYA APAKAH SUKU BANGSA YG DI JAJAH SUKA????? TENTU TIDAK KARENA MASING-MASING DAERAH PUNYA RAJA DAN TATANAN ADAT SENDIRI TETAPI MAU TAK MAU MEREKA MENYATUKAN VISI DI BAWAH JAJAHAN RAJA JAWA....DAN SETLAH INDONESIA MERDEKA APAKAH LUAS WILAYAH INDONESIA SAMPAI SAMUDRA HINDIA MALAYSIA???? TENTU TIDAK SUMPAH PALAPA TETAP SUMPAH PALAPA KINI TIDAK DEMIKIAN ADANYA SBAB ADA UUD,45 YANG MENJAMIN BAHWA KEMERDEKAAN ADALAH HAK SEGALA BANGSA JADI SIAPA YG MAU BERGABUNG DALAM NKRI [negara kesatuan rpublik Indonesia ] ADALAH HARGA MATI MASALAHNYA BUNYI UUD,45 PASAL DAN AYAT TSBT DI ATAS AKAN BERTENTANGAN DENGAN KEBEBASAN APA BILA SATU PROPINSI /SUKUBANGSA MAU MERDEKA SEPERTI YUGOSLOVAKIA YANG BERDIRI DIAASNYA BEBERAPA NEGARA
Post a Comment